7.2.13



Etika Berbusana Mahasiswa STAIN





Kampus dibangun bukan hanya untuk menghasilkan orang pintar, tapi juga dibangun di atas cita-cita besar, bagi masing-masing perguruan tinggi baik ber-landaskan islam atau umum memiliki tanggungjawab sejarah yang sangat berat, yakni menata nalar sekaligus menata moral anak-anak negeri. Etika berbusana berjilbab itu sendiri sebenarnya memberikan dampak yang baik bagi si pelaku juga untuk mengetahui pengaruh batasan pornografi dan pornoaksi terhadap pencegahan kekerasan terhadap perempuan.

Dalam rangka untuk memenuhi persyaratan menjadi seorang mahasiswa Perguruan Tinggi STAIN terdapat etika berbusana. Salah satu persyaratan tersebut adalah memakai pakaian panjang yang menutup aurat, rok atau celana bahan dan berhijab ( berjilbab ) bagi yang putri. Hal tersebut yang sudah menjadi suatu ketetapan terkait kedisiplinan yang telah ditetapkan. Namun masih banyak yang belum mengindahkan aturan berbusana tersebut. Mahasiswa dan mahasiswi pada tahun ajaran pertama biasanya kurang memperhatikan ketentuan tersebut. Dikarenakan faktor kondisi jiwa mereka yang masih labil, tak jarang diantaranya memakai busana yang asal pakai, mengutamakan tern mode sekarang bahkan terlalu seksi sehingga terkadang tidak menyadari bahwa pakaian dalamnya ada yang sampai terlihat.

Busana adalah segala sesuatu yang kita pakai dari mulai ujung rambut sampai ujung kepala. Hal itu berarti busana bukan hanya baju, melainkan juga meliputi  accessories yang melekat di tubuh. Tidak hanya sebagai syarat keindahan seseorang, busana juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kesusilaan dan kesehatan. Dari busana juga, kita bisa memposisikan bagaimana orang lain menilai kita. Misalnya, seseorang yang ingin dinilai modis, maka ia akan mengenakan pakaian maupun asesoris yang up to date, glamour dan sesuai dengan trend masa kini. Lebih dari sekedar menciptakan ‘image’ dan kepribadian, busana juga dianggap penting dalam memciptakan rasa nyaman ketika seseorang memakainya.

Busana dapat mencerminkan kepribadian seseorang dan menciptakan kesan tertentu terhadap si pemakai. Busana dapat menutupi kelemahan fisik seseorang. Berbusana yang baik tak hanya tentang pakaian saja, bentuk jilbab, rias wajah, aroma tubuh, dan kebersihan secara keseluruhan. Jauhi model jilbab yang mengganggu pandangan mata. Buatlah jilbab seringan mungkin. Pakailah make-up yang natural. Dan yang terpenting, rawatlah kebersihan tubuh agar tak menebarkan aroma yang mengganggu mahasiswa lain.

Kesalahan umum berbusana muslim adalah orang ingin menonjolkan diri. Padahal pakaian busana muslim itu seharusnya memiliki nilai plus tersendiri. Menurut saya, dalam berbusana dan berhijab selain pintar padu padan, saat berbusana penting juga untuk mengetahui pesyaratan berhijab.Yang penting busana muslim harus memenuhi kaidah. Di antaranya tidak membentuk tubuh secara ketat, menutupi bokong dan dada, tidak transparan dan kalaupun memilih gaya transparan padankan dengan inner ( pakaian dalam ) yang menutupi seluruh tubuh.

Saya pun terkadang belum bisa dikatakan sebagai mahasiswi yang memenuhi etikat berbusana. Selain berpakaian yang masih suka sembarangan, tepatnya juga karena masih ingin terlihat tampil beda. Padahal itu sendiri belum tentu terlihat baik di mata orang lain.

Secara internal, banyak dosen (dan mungkin juga mahasiswa) yang mengeluhkan tentang tata-laku maupun tata-busana mahasiswa yang tidak lagi mencerminkan sebagai komunitas bermartabat. Sebagian mahasiswa sudah tidak lagi menaruh hormat kepada para dosen, cara pergaulan antar mahasiswa/i yang kurang pantas, cara berpakaian yang mengabaikan tatanan moral dan budaya bangsa yang buruk serta berbagai fenomena lain yang memprihatinkan. Secara eksternal evaluasi kerap kali datang dari para Kepala Sekolah pada saat evaluasi KKN-PPL. Pihak sekolah memang tidak meragukan kapasitas mahasiswa dan mahasiswi KKN dalam penguasan ilmu ataupun teknik mengajar di kelas, namun mereka selalu menyoroti tentang berbagai hal yang terkait dengan masalah etika, mulai dari cara pergaulan hingga cara berbusana yang kurang pantas. Hal itu tergambarkan dari adanya beberapa mahasiswi selepas KKN yang berbadan dua atau menikah dan masalah lainnya. .




Kelas                          : E
Prodi                   : Ekonomi Islam
           Dosen Pengampu : IMAM MUSTOFA
           Tema                   :
Etika Berbusana Mahasiswa STAIN